Pages

Selasa, 06 Maret 2012

Faktor Pendukung Pendidikan Di Indonesia

Faktor Pendukung Pendidikan Di Indonesia


Ada beberapa faktor yang menentukan kesuksesan dan keberhasilan dalam pendidikan. Faktor-faktor itu dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Pertama, faktor perangkat keras (hardware), yang meliputi ruangan belajar, peralatan praktik, laboratorium, perpustakaan; kedua, faktor perangkat lunak (software) yaitu meliputi kurikulum, program pengajaran, manajemen sekolah, sistem pembelajaran; ketiga, apa yang disebut dengan perangkat pikir (brainware) yaitu menyangkut keberadaan guru (dosen), kepala sekolah, anak didik, dan orang-orang yang terkait di dalam proses pendidikan itu sendiri.

Dari tiga kelompok faktor di atas, maka yang menjadi penentu suksesnya belajar dan berhasilnya suatu pendidikan sangat (dominan) ditentukan oleh faktor tenaga pendidik, dalam hal ini guru di sekolah dan para dosen di Perguruan Tinggi. Meskipun di suatu sekolah dan perguruan tinggi fasilitasnya memadai, bangunannya bertingkat; meskipun kurikulumnya lengkap, program pengajarannya hebat, manajemennya ketat, sistem pembelajarannya oke, tapi para tenaga pengajarnya (guru/dosen) sebagai aplikator di lapangan tidak memiliki kemampuan (kualitas) dalam penyampaian materi, cakap menggunakan alat-alat tekhnologi yang mendukung pembelajaran, maka tujuan pendidikan akan sulit dicapai sebagaimana semestinya. Mantan Mendikbud, Fuad Hassan, pernah mengingatkan, bahwa tanpa guru yang menguasai materinya mustahil suatu sistem pendidikan berikut kurikulum serta muatan kurikulernya dapat mencapai hasil sebagaimana yang diidealkan.

pemandangaaan

1.Puncak Himalaya Tibet


Ini adalah titik tertinggi di seluruh Planet Bumi. Dengan foto dan cahaya seperti ini Himalaya tampak seperti sebuah tempat di planet lain. 2.Sinar Aurora Borealis

Sinar Aurora Borealis yang “spektakuler” di langit Alaska (ujung utara Amerika, dekat Kutub Utara). Aurora sebenarnya adalah cahaya natural di angkasa yang terjadi akibat tabrakan partikel-partikel medan magnet bumi dengan atom dan molekul dari atas atmosfir bumi. Warnanya yang paling umum ada dua, hijau dan merah dan dapat dilihat pada waktu malam.
3.Benteng Chittogarh , India

4. cinque Terre, riviera

Cinque Terre , Riviera , adalah salahsatu tujuan wisata paling populer di Italia. Kota yang terkenal keindahannya ini dibangun selama ratusan tahun, dan keunikannya tetap terjaga.. Makanan laut disini juga sangat istimewa, tentu karena letaknya yang di pinggir laut Mediterania (Bagian dari UNESCO World Heritage Site).
5.College the Valleyfield

Sebuah universitas pendidikan di Quebec , Kanada, dengan pemandangan kampus yang tidak ada duanya di dunia.
6.Machu Picchu

Inilah Machu Picchu, kota dari peradaban Inca yang hilang. Letaknya di Lembah Urumba, Peru , di puncak gunung, 2430 meter diatas permukaan laut. Tempat ini dibangun pada puncak kejayaan peradaban mereka, tahun 1460-an.
7.Massif De La Chartreuse

Formasi bebatuan yang super unik di pegunungan di timur Perancis.
8.laut Arktik

Berdayung santai di laut Arktik yang sejernih kristal (tapi dingiiinn). Arktik adalah wilayah di Kutub Utara bumi (dari Bahasa Yunani yang berarti Beruang).
9.Sebuah Kota Di Dalam Gunung

Lihatlah kedahsyatan pintu gerbang raksasa ini. Petra , adalah kota yang dibentuk di dalam sebuah gunung batu di Yordania. Tempat ini awalnya dibangun 100 tahun sebelum masehi oleh bangsa Nabatean. Petra dulu sempat berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur di zaman Romawi karena letaknya yang strategis di Arabia . Didalamnya juga terdapat aliran sungai bawah tanah yang airnya berlimpah. ( sepertinya tempat syuting Film Transformer 2 )
10.Gunung Tungurahua, Ekuador

11.Teluk Navagio, Zakynthos, Yunani

12.International Space Station, ISS

Para astronot sedang berada dalam misi STS116 di Stasiun Ruang Angkasa Internasional, ISS, 3600 km diatas Selandia Baru. Pemandangannya, lumayan spektakuler.
13.Kota Modern

pemandangan bawah laut

Foto Pemandangan Bawah Laut Terindah Di Dunia







adakah pendidikan bagi anak jalanan

Masih Adakah Ruang bagi Anak-anak Jalanan?

Hampir saja lupa kalau 23 Juli telah ditetapkan sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Momentum seperti ini seharusnya bisa dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap silang-sengkarutnya dunia anak yang terkebiri dan termarginalkan. Tak jarang anak-anak dari keluarga tak mampu sering “dipaksa” untuk secepatnya menjadi dewasa dengan beban tanggung jawab ekonomi keluarga secara berlebihan sehingga mereka tak sempat menikmati masa kanak-kanak yang ceria dan menyenangkan. Sudut-sudut kota pun sarat dengan keliaran anak-anak jalanan. Ironisnya, tak sedikit aparat yang menilai kehadiran mereka sebagai sampah masyarakat yang mesti dikarantina tanpa ada kemauan politik untuk membebaskan mereka dari cengkeraman kemiskinan dan ketidakadilan.
Anak jalanan, agaknya masih menjadi salah satu problem klasik negara-negara berkembang, termasuk di negara kita. Kehadiran mereka di sudut-sudut kota yang pengap dan kumuh bisa jadi sangat erat kaitannya dengan jeratan kemiskinan yang menelikung orang tuanya. Masih jutaan keluarga di negeri ini yang hidup di bawah standar kelayakan. Untuk menyambung hidup, mereka dengan sengaja mempekerjakan anak-anak untuk berkompetisi di tengah pertarungan masyarakat urban yang terkesan liar dan kejam. Kekerasan demi kekerasan seperti mata rantai yang menempa sekaligus menggilas anak-anak miskin hingga akhirnya mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang terbelah. Tentu saja, kita tidak bisa bersikap apriori dengan mengatakan, “Salahnya sendiri, kenapa miskin?” Hmmm … kalau saja mereka punya pilihan untuk dilahirkan, sudah pasti tak ada seorang pun anak manusia yang ingin lahir dan besar di tengah-tengah deraan kemiskinan orang tuanya.
Dari sisi latar belakang kehidupan keluarga yang sangat tidak nyaman untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, sesungguhnya tak ada tempat untuk menyia-nyiakan anak-anak miskin yang terlunta-lunta hidup di jalanan. Kehadiran mereka justru perlu diberdayakan dengan sentuhan lembut penuh kemanusiawian. Namun, berkembangnya sikap latah dan kemaruk ingin menjadi kaum borjuis dan bergaya hidup feodal secara instan agaknya telah membakar dan menghanguskan nilai-nilai kemanusiawian itu. Alih-alih menyantuni, gaya hidup borjuasi dan feodalistik itu, disadari atau tidak, justru telah memosisikan anak-anak jalanan makin kehilangan kesejatian dirinya. Kata-kata kasar dan perlakuan tak senonoh sudah menjadi hiasan hidup dalam keseharian anak-anak jalanan. Orang-orang kaya yang seharusnya bisa memberdayakan dan menggerakkan semangat hidup mereka justru makin tenggelam dalam sikap hipokrit, pongah, dan kehilangan kepekaan terhadap nasib sesama.
Kondisi itu diperparah dengan sikap negara yang belum sepenuhnya mampu memberikan perlindungan memadai buat mereka. Melalui tangan-tangan aparatnya, anak-anak jalanan justru digaruk dan dihinakan di atas mobil bak terbuka; diarak dan dipertontonkan kepada publik. Sungguh, sebuah perlakuan purba yang jauh dari nilai-nilai kesantunan masyarakat beradab.
Kini, ketika momentum HAN itu tiba, tak jugakah kita tergerak untuk menjadikan anak-anak jalanan sebagai generasi masa depan yang punya hak untuk hidup secara layak di bumi yang konon “gemah ripah loh jinawi” ini? Sudah tak ada ruangkah bagi mereka untuk bersemayam di dalam rongga hati kita hingga akhirnya mereka benar-benar harus kehilangan masa depan

Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.
2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.
Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.
Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.
Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.
Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.
Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.
Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga sudah diterapkan terhadap keluaran.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak mengalami hambatan.
3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.
Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
2. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.
Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).
4. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111 dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia berada jauh di bawahnya.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.
5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
7. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.
Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di beberapa Perguruan Tinggi favorit.
Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas, 10/5/2005).
Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN (www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.
Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.
Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia, privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.
Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada yang menggratiskan biaya pendidikan.
Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.
D. Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

Senin, 05 Maret 2012

pendidikan di pedesaan

“DINAMIKA PENDIDIKAN DI PEDESAAN”
Sekarang ini dimana sarana prasarana infrastruktur relative sudah dirasakan manfaatnya bagi masyarakat yang berada di pedesaan secara khusus masyarakat pedesaan yang ada di bumi Kalimantan Tengah, seiring berkembangnya sarana prasarana infrastruktur sungguh membawa angin segar dan sedikit demi sedikit mulai mengikis keterisolasian baik dari segi kultur social budaya sampai kepada dunia pendidikan yang ada dilingkungan pedesaan itu sendiri. Bila dilihat dari segi pendidikan, baik dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, sampai kepada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang ada di pedesaan sangat memberi arti yang sangat dalam bagi kehidupan pendidikan bagi masyarakat setempat, bahkan manfaatnya juga biasa dirasakan oleh masyarakat lain yang berada diluar desa tersebut. Sarana dan prasarana pendidikan ini tentunya merupakan kepedulian serius dari Pemerintah dalam upaya mencerdaskan generasi-generasi muda agar dimasa-masa mendatang sumber daya manusia yang dimiliki bumi Isen Mulang mampu bersaing, baik pada skala nasional sampai pada tingkat internasional.
 Pendidikan bagi masyarakat adalah mutlak dan wajib, bukan hanya untuk masyarakat perkotaan tetapi juga mutlak bagi masyarakat pedesaan, tidak hanya suatu kewajiban bagi orang-orang berekonomi menengah keatas tetapi juga merupakan tekad bagi masyarakat yang berekonomi lemah untuk merasakan manis pahitnya suatu pendidikan, hanya saja yang nyata terlihat dari segi ekonomi memang terasa perbedaannya, bagi yang berekonomi lemah maka pendidikan dalam suatu keluarga tersebut akan berada pada level-level tertentu saja, dibandingkan mereka yang berekonomi mapan tentunya banyak peluang untuk memperoleh pendidikan pada level-level atas, disamping ekonomi memang banyak factor juga yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam meraih pendidikannya.
 Sarana dan prasarana, kualitas dan kuantitas sampai kepada kesejahteraan adalah bagian dari suatu perbedaan antara pendidikankotadan pendidikan yang ada dipedesaan, baik yang dirasakan oleh tenaga pedidik sampai kepada orang tua dan siswa itu sendiri. Perbedaan-perbedaan tersebut layaknya seperti dua sisi mata uang yang berbeda tetapi memiliki satu fungsi. Dijaman sekarang ini akankah perbedaan-perbedaan klasik tersebut selalu menjadi penghambat bagi kemajuan suatu pendidikan? Tentunya beragam cara sudah banyak dilakukan untuk meminimalisasikan perbedaan-perbedaan tersebut.
 Umumnya yang selalu menjadi penghambat kemajuan pendidikan yang ada dipedesaan adalah
  1. Kurang tersedianya fasilitas penunjang pembelajaran,
  2. Relatif kurang efektifnya ketercapaian penyampaian suatu materi pembelajaran kepada siswa disebabkan guru memegang lebih dari satu bidang studi mata pelajaran yang diampunya. Dengan bahasa lain, kuantitas guru sangat sedikit sehingga menyebabkan satu orang guru bisa menyampaikan dua sampai tiga mata pelajaran yang berbeda sekaligus dalam seminggu dengan bobot jam mengajar lebih dari standar seharusnya.
  3. Banyaknya jumlah siswa dalam satu ruangan melebihi dari daya tampung kelas,
  4. Tingkat penghargaan yang diterima oleh guru dalam bentuk kesejahteraan terkadang tidak  sesuai dengan pengabdiaannya sehingga bisa menyebabkan menurunnya semangat kerja yang berdampak pada penyampaian materi kepada siswa menjadi sekadarnya saja, sehingga pada akhirnya konsistensi terhadap waktu belajar menjadi menurun,
  5. Kurang terciptanya keharmonisan hubungan social antara guru dan siswa, guru dan staf, guru dan atasan sampai kepada guru dan orang tua, hal ini terkadang disebabkan oleh missunderstading atau kurang transparansi terhadap suatu masalah.
 Hal-hal tersebut baru sebagian yang merupakan factor ekternal, sedangkan factor internal yang juga berpotensi menjadi penghambat suatu kemajuan pendidikan khususnya dipedesaan adalah bila mulai terkikisnya rasa memiliki, tanggung jawab terhadap tugas, dan beban moral baik itu bagi tenaga pendidik sampai kepada anak didik.  Tidak ada rasa memiiki terhadap sekolah berarti tidak mau tahu atau cuek saja dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh sekolah sehingga terkesan sekolah hanya dijadikan sebagai rumah singgah saja dan bukan sebagai wadah untuk menyatukan visi dan misi sekolah, dampak lain yang akan terasa adalah dari sisi tanggung jawab. Orang tua siswa umumnya tidak terlalu banyak tahu tentang aktifitas anaknya selama proses belajar mengajar disekolah, mereka hanya berasumsi bahwa disekolah anaknya sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Saat-saat seperti itulah tenaga pendidik dituntut untuk memiliki tanggung jawab terhadap aktifitas anak didik selama mengikuti proses pembelajaran disekolah, dan faktor internal yang ketiga yaitu beban moral. Berhasil tidaknya anak didik tidak lepas dari campur tangan tenaga pendidiknya, bila anak didiknya berhasil tentu menjadi kebanggaan bagi gurunya, secara moral tenaga pendidik itu telah menjalankan amanah orang tua murid dan pemerintah untuk mencerdaskan generasi-generasi muda, sebaliknya jika anak didik itu gagal tentu menjadi bahan koreksi bagi para pengajarnya.
 Dalam hal ini dibutuhkan kesepahaman persepsi bukan hanya bagi para pendidik tetapi juga bagi para anak didik. Dipedesaan, sekolah memiliki keanekaragaman kebiasaan dengan kultur aturan yang berbeda-beda, hal ini bisa disebabkan oleh tipical para anak didik yang bermacam-macam,  bagi yang aktif tentunya memberikan kemudahan bagi para pengajar untuk mengembangkan imajinasi dan kreatifitas anak didik, namun bagi yang pasif membuat para pengajar lebih banyak melakukan proses pembelajaran yang bersifat monolog dan terkesan terpusat pada guru saja.  Dilihat dari sisi pendekatan social antara guru dan murid, dipedesaan guru dan murid lebih banyak bersosialisasi bukan hanya dalam proses belajar mengajar disekolah, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat, hal ini dikarenakan letak geografis atau luas suatu wilayah desa tidak seluas wilayah yang ada diperkotaan, sehingga memudahkan guru dan murid selalu berinteraksi. Dan guru selalu bisa melihat dan mengontrol prilaku anak didik dalam kesehariaannya di luar sekolah.
 Dalam menghadapi perilaku anak didik yang notabene adalah dari kalangan pedesaan, tentu dalam penyampaian proses belajar mengajar disekolah sedikit banyak dipengaruhi oleh budaya local setempat, mulai darigayaberbahasa, bergaul, sampai pada cara anak didik menyerap suatu materi yang disampaikan. Pendekatan yang digunakanpun tergantung dari para pengajarnya, namanya juga didesa, setelah pulang dari sekolah bisa saja anak didik membantu orang tuanya bekerja sehingga materi-materi yang disampaikan hanya terserap sebatas proses belajar mengajar disekolah saja, selebihnya mereka lebih banyak berinteraksi dengan lingkungannya masing-masing.  Sejatinya para anak didik, belajar bukan hanya sebatas disekolah saja, tetapi bagaimana mereka mengulang pelajaran disekolah itu dirumah atau dengan membuat kelompok-kelompok belajar, bahkan dengan tambahan les atau private lainnya. Didesa hal ini sangat jarang dikembangkan, kasunya tetap saja sama, yaitu jika pelajaran seklolah usai, selanjutnya adalah waktu untuk membantu ekonomi keluarga, bahkan ada yang memanfaatkan untuk berinteraksi sesama temannya dalam kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran disekolah.
 Beragam dinamika inilah sering membuat para guru yang bertugas dipedesaan dituntut membuat formula pembelajaran yang lebih tepat sasaran dengan tidak mengesampingkan pedoman-pedoman pendidikan yang sudah diatur dan ditetapkan baik oleh pusat maupun pemerintah daerah melalui departemen dan dinas-dinas terkait.  Standarisasi pendidikan yang telah diatur dan ditetapkan, mengharuskan para guru untuk bisa membantu anak didik meraih ketuntasan yang optimal dalam proses pembelajaran walaupun terdapat keterbatasan yang mungkin menghambat proses pembelajaran itu sendiri, namun tetap saja ada jalan keluarnya dalam menghadapi keterbatasan itu dan masing-masing guru dan sekolah memiliki cara tersendiri mengatasinya.
 Jika di ilustrasikan sekolah itu adalah restorant. Jika dikotarestorant pasti banyak menawarkan menu-menu makanan yang lezat, sementara didesa restorantnya hanya menawarkan satu menu saja. Dari menu yang ditawarkan sungguh sangat jauh perbedaanya, namun satu yang ingin dicapai oleh kedua restorant itu, yaitu bagaimana orang yang makan di restorantnya itu bisa kenyang dan keluar dengan senyuman!?

CARA BELAJAR YANG MENARIK & MENGHINDARI GODA-AN”


CARA BELAJAR YANG MENARIK & MENGHINDARI GODA-AN SELAMA KTA BELEJAR..
jujur ajah deh, pasti setiap orang terutama para pelajar pasti pernah mengalami kendala dalam belajar ya contoh” nya.. tar ada film kesukaan kmu maen, pasti kamu tergoda untuk menontonya ato temen kmu ngajak main & sebagai nya dan bisa” kamu lupa akan tugas” yang tadinya ingin kamu kerjakan, klo da kek gtu pasti susah untuk mengatasiny..
ya jangan sampek gra” kta tidak bisa mengendalikan kehendak kta untuk bermain ato semacamnya niali yang aturanya bisa lumanyan jadi anjlok gra” godaan pda saat belajar..
capek-belajar-deh
sebenarnya pada dasarnya setiap manusia di berikan kemampuan dan kepintaran ya, tergantung kitanya aja yang mau gmana..
anakbelajar
nah ada sedikit tips nie dari aqu..y mna tau denagn tips” dari aqu kita dapat mengendalikan kehendak kta..
1. coba deh pda saat kmu blajar  kmu harus fokuskan pikiran kmu ke pelajaran tersebut tpi jangan lupa sebelum blajar kta harus niat bahwa kta bisa dan kta sangup !
2. cba  kendalikan kehendakmu agar kta tidak terpengaruh oleh godaan” pda saat belajar.
3. klo bsa selama blajar usahakan jangan di tempat yang berisik, klo bsa tempat yang damai jdi kmu bisa lebih fokus..
4. jika kamu sudah lelah, jangan kamu paksain buat belajar y karena percuma kmu sulit untuk memehami
5. klo da jenuh, coba deh ngelakuin sesuatu yang buat kmu semangat lagi buat belajar..
6. jika kmu merasa blum paham akan sesuatu berani lah bertanya pda seseorang yang menurut kmu mampu..
6. jika kmu sudah yakin bisa klo mao reflesing lebih baik karena otak kta juga butuh istirahat.. :)
nah cukup sekian tips” dan saran” dri aku.. moga” bermanfaat y.. ;)

pendidikan itu penting

Tribunnews.com - Kamis, 23 Februari 2012 10:52 WIB

Mengapa Pendidikan Itu Penting?
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Ilustrasi
TRIBUNNEWS.COM - Islam, agama yang sempurna, sangat memperhatikan pertumbuhan generasi. Untuk itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memerintahkan kita agar memilih istri shalihah, penuh kasih sayang dan banyak keturunannya.
Dari istri-istri yang shalihah ini, diharapkan terlahir anak-anak yang shalih-shalihah, kokoh dalam beragama. Sehingga islam menjadi kuat dan musuh merasa gentar. Demikianlah, ibu memiliki peran yan dominan dalam membangun pondasi dan mencetak generasi, karena dialah yang akan mendidik anak-anak dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Perhatian Islam lainnya yang terkait dan ikut berpengaruh dengan pendidikan anak, yaitu Rasulullah menganjurkan agar orang tua memberi nama yang baik terhadap anak-anaknya. Suatu nama akan turut memberi pengaruh pada anak. Sehingga banyak riwayat yang menjelaskan Rasulullah merubah beberapa nama yang tidak sesuai dengan Islam.
Ketegasan Islam dalam mendidik ini, juga bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan shalat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah jika enggan melakukannya bila telah berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur di antara mereka.” (HR. Abu Daud). Perintah mengajarkan shalat, berarti juga mencakup hal-hal berkaitan dengan shalat. Misalnya, tata cara shalat, thaharah, dan kewajiban shalat berjama’ah di masjid, sehingga anak bisa lebih dekat dan akrab dengan kaum Muslimin.
Adapun pukulan pada anak, Islam memperbolehkan para orang tua untuk memukul, jika anak malas dan enggan melakukan shalat. Tetapi hendaklah diperhatikan, pukulan tersebut dalam batas-batas tarbiyah (pendidikan), dengan syarat bukan pukulan yang membahayakan, dan bukan pula pukulan mainan, sehingga tidak ada pengaruh apapun. Di antara tujuannya, supaya anak merasakan hukuman bila ia melakukan kemaksiatan meninggalkan shalat.
Namun kita lihat pada masa ini, pukulan, sebagai salah satu wasilah dalam tarbiyah, banyak ditinggalkan para orang tua. Dalih yang disampaikan, karena rasa sayang kepada anak. Padahal rasa sayang yang sebenarnya harus diwujudkan dengan pemberian pendidikan. Dan salah satunya dengan dipukul saat anak melakukan perbuatan maksiat. Rasulullah juga memerintahkan para orang tua supaya memisahkan tempat tidur anak-anak yang telah memasuki usia sepuluh tahun. Maksud pemisahan ini, ialah untuk menghindari fitnah syahwat.
Oleh karena itu, jika orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anaknya saat mereka tidur, lalu bagaimana saat mereka keluar dari rumah dan bergaul dengan masyarakat? Maka tentu orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Orang tua harus senantiasa mengawasi anak-anaknya, menjauhkannya dari teman dan pergaulan yang buruk lagi menyesatkan. Karena tarbiyah tidak hanya ketika berada di rumah saja, namun juga ketika anak-anak berada di luar rumah. Sebagai orang tua harus mengetahui tempat dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Ingatlah, orang tua adalah pemimpin, ia akan diminta tanggung-jawabnya.
b>“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang yang kalian pimpin.” (Muttafaqun ‘alaih).
Kebaikan anak menjadi penyebab kebaikan, khususnya bagi orang tua dan keluarganya, dan secara umum untuk kaum Muslimin.
Anehnya ada sebagian orang tua, manakala dinasehati tentang tarbiyah anak, justru melakukan sanggahan. Orang tua ini mengatakan bahwa kebaikan ada di tangan Allah, atau hidayah terletak di tangan-Nya. Memang benar hidayah berada di tangan Allah, sebagaimana firman ta’ala, artinya, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qashash: 56).
Namun yang perlu diperhatikan, faktor yang menjadi penyebab adanya kebaikan dan hidayah ialah karena peran orang tua. Apabila para orang tua telah berperan secara maksimal dan telah menunaikan kewajibannya dalam tarbiyah, maka hidayah berada di tangan Allah subhanahu wata’ala. sedangkan jika orang tua lalai dan mengabaikan tarbiyah, maka Allah subhanahu wata’ala akan memberikan balasan dengan kedurhakaan dan keburukan kapada anak. Ingatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
b>“Setiap anak dilahirkan dalam keadaaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-Bukhari).
Di sinilah kita harus memahami secara benar, betapa besar peran orang tua terhadap anak. Orang tua memiliki tanggung jawab membentuk keimanan dan karakter anak. Dari orang tua itulah akan terwujud sosok kepribadian seorang anak.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu berusaha memberikan pendidikan kepada anak-anak kita dengan berlandaskan agama yang shahih dan lurus. Anak yang kita siapkan saat ini akan menjadi pewaris budaya orangtuanya. Ketika anak salah mendapat didikan maka ia akan mencari di tempat lain, sehingga hilang control orangtua terhadap anak yang menyebabkan terjadi pergaulan bebas. Keluarga sangat berperan penting dalam menumbuh kembangkan pendidikan anak.
Penulis: Mahasiswa S1 Dakwah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Mantan Ketos SMAN 1 Lhokseumawe-Aceh).

negara terpintar

Negara Dengan Kualitas Pendidikan Terbaik di Dunia

Negara Dengan Kualitas Pendidikan Terbaik di Dunia
http://vi.sualize.us/view/fa67870ee0a4b029e5d7f22e0e38715c/
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia?
Finlandia. Negara dengan ibukota Helsinki (tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang begitu luar biasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika.
Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia?
Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya. Finlandia tidaklah menggenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.
Apa gerangan kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!
Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.
Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.
Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.
Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.

10 universitas terbaik dunia

1. Harvard University, United States

Universitas Harvard dinilai sebagai universitas nomor satu di Peringkat Universitas Dunia 2009. Harvard adalah institusi Amerika tertua pendidikan tinggi, yang didirikan 140 tahun sebelum Deklarasi Kemerdekaan ditandatangani. Universitas telah berkembang dari sembilan siswa dengan master tunggal untuk Masuk lebih dari 18.000 kandidat derajat, termasuk mahasiswa dan siswa di 10 unit akademik utama. Sebuah tambahan 13.000 siswa yang terdaftar dalam program satu atau lebih di Harvard Extension School. Lebih dari 14.000 orang bekerja di Harvard, termasuk lebih dari 2.000 fakultas. Ada juga janji fakultas 7.000 mengajar di rumah sakit afiliasi.
2. University of Cambridge, United Kingdom

Universitas Cambridge dinilai yang terbaik kedua di Peringkat Universitas Dunia 2009. Universitas Cambridge adalah salah satu universitas tertua di dunia dan salah satu yang terbesar di Inggris. Reputasinya untuk prestasi akademis yang luar biasa dikenal di seluruh dunia dan mencerminkan pencapaian intelektual mahasiswa, serta penelitian asli kelas dunia yang dilakukan oleh staf Universitas dan Sekolah Tinggi. Reputasinya didukung oleh Quality Assurance Agency dan oleh peninjau eksternal lain belajar dan mengajar, seperti Penguji Eksternal. Standar-standar yang tinggi adalah hasil dari kedua kesempatan belajar yang ditawarkan di Cambridge dan sumber daya yang luas, termasuk perpustakaan, museum dan koleksi lainnya. Pengajaran terdiri tidak hanya dari kuliah, seminar dan kelas praktis dipimpin oleh orang-orang yang ahli di bidang dunia mereka, tetapi juga mengajar lebih personal diatur melalui Colleges. Banyak peluang bagi siswa untuk berinteraksi dengan ulama dari semua tingkatan, baik secara formal dan informal.
3. Yale University, United States

Universitas Yale dinilai sebagai universitas terbaik ketiga di Dunia Peringkat Universitas 2009. Yale University adalah salah satu sekolah yang paling terkenal di Amerika Serikat, dengan sejarah panjang layanan dan daftar alumni yang berbunyi seperti “Who’s Who” dari orang-orang sukses. Universitas Yale adalah pemenuhan visi Eropa kebebasan intelektual yang bertujuan melayani masyarakat dan negara. Ini telah memperjuangkan sepanjang sejarah dan selamat dari bencana yang paling merusak seperti Revolusi Amerika. Sejak itu, universitas telah terus tumbuh dan berkembang menjadi pusat pendidikan berkualitas tinggi yang diakui oleh masyarakat global. Universitas ini dianggap sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi tertua di Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan pada 1701 dan merupakan anggota kebanggaan Liga Ivy yang bergengsi.
4. UCL (University College London)

UCL (University College London) peringkat universitas terbaik keempat di Peringkat Universitas Dunia 2009. UCL adalah universitas multidisiplin dengan reputasi internasional untuk kualitas penelitian dan pengajaran di seluruh spektrum akademik, dengan mata pelajaran mencakup ilmu-ilmu, seni, ilmu sosial dan biomedis. Pada tahun 2008 Research Assessment Exercise (RAE) UCL dinilai universitas penelitian terbaik di London, dan ketiga di Inggris secara keseluruhan, untuk jumlah pengiriman yang yang dianggap kualitas terdepan di dunia. Universitas ini terletak di sebuah situs kompak di jantung kota London dan dikelilingi oleh konsentrasi terbesar perpustakaan, museum, arsip, lembaga budaya dan badan-badan profesional di Eropa.
5. Imperial College London

Imperial College London, peringkat universitas terbaik kelima di dunia untuk 2009. Imperial College London adalah beasiswa universitas kelas dunia, pendidikan dan penelitian di bidang ilmu pengetahuan, teknik dan kedokteran, khususnya berkaitan dengan aplikasi mereka di industri, perdagangan dan kesehatan. College ini memiliki lebih dari 3.000 staf akademik dan penelitian dan hampir 14.000 siswa dari lebih 120 negara yang berbeda.
6. University of OXFORD, United Kingdom

Universitas Oxford adalah perguruan tinggi tertua berbahasa Inggris yang berlokasi di kota Oxford, Inggris.[4] Sejarah universitas ini dapat ditelusuri paling tidak mulai akhir abad ke-11, walaupun tanggal tepat pendiriannya tetap tak jelas. Menurut legenda, setelah pecahnya kerusuhan antara mahasiswa dan penduduk kota pada tahun 1209, beberapa akademisi Oxford melarikan diri ke timur laut, ke kota Cambridge, dan mendirikan Universitas Cambridge. Kedua universitas ini sejak itu telah saling bersaing satu sama lain, dan merupakan perguruan tinggi paling selektif di Britania Raya.
7. University of Chicago, United States

The University of Chicago atau Universitas Chicago (biasanya disebut sebagai Chicago atau UChicago) adalah sebuah universitas swasta, yang fokus pada penelitian coeducational dan terletak di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Universitas Chicago didirikan oleh pengusaha minyak dermawan bernama John D. Rockefeller pada tahun 1890; William Rainey Harper menjadi presiden atau rektor pertama pada tahun 1891 dan kelas-kelas pertama diadakan pada tahun 1892.
8. Princeton University, United States

Universitas Princeton, terletak di Princeton, New Jersey, adalah institusi pendidikan tinggi tertua keempat di Amerika Serikat. Salah satu universitas terkemuka di negara tersebut, Princeton memiliki bidang arsitektur, teknik, dan urusan internasional dan publik baik prasarjana maupun sarjana yang terkenal. Riset dijalankan di banyak bidang, termasuk fisika plasma dan propulsi jet. Universitas ini berhubungan dengan Brookhaven National Laboratories.
Perpustakaan Harvey S. Firestone Library (dibuka 1948) dan museum seni menyimpan koleksi yang luar biasa. Dia didirikan sebagai College of New Jersey pada 1746, dan awalnya terletak di Elizabeth, New Jersey. Sekolah ini kemudian pindah ke Princeton pada 1756, masih dengan nama awalnya. Namanya kemudian resmi diganti “Princeton University” pada 1896.
9. Massachusetts Institute of Technology (MIT), United States

MIT merupakan pemimpin dalam sains dan teknologi, dan juga banyak bidang lainnya, termasuk manajemen, ekonomi, linguistik, ilmu politik, dan filosofi. Departemen dan sekolah yang paling terkenal adalah Lincoln Laboratory, Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory, Media Lab, Whitehead Institute dan Sloan School of Management. 59 dari anggota sekarang atau dahulu dari komunitas MIT telah memenangkan Penghargaan Nobel.
10. California Institute of Technology (Caltech)

Universitas ini merupakan salah satu universitas paling terkemuka dalam riset. Caltech mempertahankan penekanan kuat dalam ilmu alam dan teknik. Caltech memiliki dan mengoperasikan kompleks penerbangan luar angkasa “autonomous” yang memimpin di dunia dikenal dengan Jet Propulsion Laboratory. JPS mengamati desain dan operasi dari banyak penjajakan luar angkasa NASA; tidak seperti “National Laboratories” (Laboratorium Nasional AS) dan Pusat Luar Angkasa NASA lainnya, fasilitas JPS hanya dalam kontrak ke pemerintah.

doraemon 1000 episode


Doraemon 1000 Episode, Apa Artinya Buat Kita?
Dikutip dari Tabloid Bintang Indonesia Edisi 988 | Tahun XX | Minggu Keempat April 2010 [Edisi Online: Kamis, 22 April 2010] — Empat November. Dalam catatan sejarah nasional, tanggal itu tak masuk tanggal penting. Tidak ada peristiwa nasional yang mengubah jalan hidup bangsa kita terjadi pada tanggal itu, lalu kita peringati setiap tahun. Namun, pada tanggal 4 November 1990 terjadi peristiwa yang menandai perkembangan budaya pop kontemporer kita.
Apa itu? Anda mungkin bertanya-tanya. Di tanggal itu serial Doraemon mulai tayang di salah satu TV kita, RCTI.
Saat Doraemon mulai tayang di tahun 1990 itu RCTI masih sangat muda, baru lewat setahun. Di awal-awal kehadirannya kita menikmati serial macam Mac Gyver, Air Wolf, My Secret Identity, Tour of Duty, lalu kemudian Beverly Hills 90210, Saved by the Bell. Sementara untuk anak-anak disuguhi Sesame Street, Ksatria Baja Hitam, Saint Seiya, Candy Candy, dan macam-macam. Semuanya sudah tamat atau kita tak mendapat kesempatan menontonnya sampai akhir karena RCTI tak tayangkan semua episode.
Namun, ada satu acara yang tayang terus dari dulu hingga kini: Doraemon. Minggu ini Doraemon sudah mencapai episode ke-1000!
Wow, nggak nyangka ya, sudah selama itu Doraemon ada di tengah-tengah kita, mengisi ruang keluarga kita selama 20 tahun tanpa henti, setiap Minggu jam 8 pagi.
Menonton Doraemon setiap Minggu pada jam itu sudah seperti ritual yang dilakukan setiap pekan bagi anak-anak generasi 1990-an.  Pada jam itu, setiap anak menghabiskan 30 menit di depan TV saban minggu. Orangtua menyingkir atau terpaksa ikut menonton (dan kemudian juga ikut menikmatinya).

Dengan begitu bisa dikatakan, Doraemon seperti acara Si Unyil bagi generasi ’80-an. Bagi generasi itu, Si Unyil adalah serial yang tak boleh dilewatkan setiap Minggu pagi. Anak-anak generasi ’80-an hapal semua idiom yang ada di serial itu plus hapal semua nama dan karakter tokohnya. Begitu pun Doraemon bagi generasi ’90-an.
Kita hapal tokoh-tokohnya. Doraemon yang suka kue dorayaki dan takut tikus (karena telinganya digigit sampai putus, aslinya Doraemon bertelinga seperti adiknya, Dorami); Nobita yang penakut dan selalu ditolong Doraemon; Shizuka si pintar tapi kalau mandi lama sekali; Giant yang galak dan ingin jadi penyanyi meski suaranya buruk (Hapal lagunya? Begini, bukan? “Aku Giant, anak yang hebat…”); Suneo anak orang kaya bertubuh lebih pendek dari yang lain, licik, serta sering iri pada Nobita yang diberi peralatan canggih. Kita bahkan hapal seperti apa suaranya Doraemon saat mengeluarkan alat-alatnya (“Senter pengecil!”), gaya manja Shizuka (“Ah, Nobita”), Suneo (“Pasti alat pemberian Doraemon itu.”), Giant (“Berikan padaku, Nobita!”), pak guru dan ibu Nobita (“Nobita, sudah kerjakan PR belum?” dan “Nobita, bereskan kamarmu!”).
Kita juga hafal alat-alat canggih yang paling sering dikeluarkan Doraemon dari kantung ajaibnya. Ada pintu kemana saja, baling-baling bambu, senter pengecil/pembesar, hingga meja belajar Nobita yang bisa difungsikan jadi mesin waktu.  Kita bahkan hafal luar kepala lagunya, mencarinya di Internet, diunduh, lalu menyimpannya di hand phone sebagai nada panggil.
Selain Si Unyil dulu, tidak ada acara buatan anak negeri yang setiap unsurnya begitu diakrabi penonton anak-anak seperti Doraemon. Boneka Si Komo dan acara Boncu (Boneka Lucu) umurnya terlalu pendek. Pun begitu dengan tontonan buatan luar negeri. Tidak ada yang begitu melekat seerat Doraemon. Tidak Teletubbies, Spongebob, atau Dora. Serial Upin & Ipin masih harus diuji waktu. Sepuluh atau 20 tahun lagi kita baru pantas mendiskusikannya sebagai penanda budaya pop yang begitu berarti. Crayon Shincan masih butuh beberapa tahun lagi.

Doraemon awalnya adalah manga (komik Jepang) yang awalnya digambar pada 1969. Kemudian ia mengajak kawan lama di masa SD, Abiko Moto unuk mengembangkan karakter itu. Jadilah Doraemon setahun kemudian dan nama mereka digabung jadi Fujiko F. Fujio (saat Fujimoto meninggal tahun 1999, jadi berita utama di Jepang). Anime alias serial kartunnya mulai tayang 1979. Totalnya, Doraemon telah melewati sekitar 20 pergantian perdana menteri.
Doraemon juga tak hanya punya arti bagi anak-anak di Indonesia. Sebagai tontonan, ia telah melanglang buana hingga ke seluruh dunia. Penggemar Doraemon ada di Amerika, Eropa, Australia, hingga Timur Tengah. Majalah Time edisi Asia bahkan menghargainya sebagai salah satu Pahlawan Asia pada 2002. Sedangkan pemerintah Jepang sendiri memilih Doraemon sebagai duta besar anime Jepang ke seluruh dunia pada 2008 lalu.
Bagi Indonesia, Doraemon adalah sebentuk invasi soft power, istilah yang dipopulerkan cendekiawan Joseph Nye. Dalam tesisnya, pasca Perang Dingin, budaya memainkan peran yang semakin penting dalam politik dunia. Invasi pertama saat Jepang menjajah kita secara fisik pada Perang Dunia II dari 1942-1945. Kemudian yang kedua saat Jepang menginvasi secara ekonomi ketika Orde Baru yang baru lahir begitu tergantung pada donasi Jepang, saat itu barang-barang dan mobil-mobil merek Jepang membanjiri negeri; peristiwa Malari 1974 tak mampu membendung Jepang. Nah, ketiga invasi budaya. Embrionya sudah mulai pada 1980-an ketika kita mulai mengakrabi serial TV Jepang yang didistribusikan lewat video VHS macam Voltus (Voltes), Goggle V, hingga serial Oshin di TVRI. Puncaknya adalah Doraemon tayang di RCTI. Selepas itu, komik Jepang alias manga membanjiri toko buku, menggerus komik lokal. Di TV, selain Doraemon bermunculan judul-judul anime lain. Hingga kini entah sudah berapa judul anime tayang, mulai dari Doraemon sampai Naruto kini.

Uniknya, kita senang saja “dijajah secara halus” oleh anime
Jepang macam Doraemon. Dan yang terpikat tak hanya kita, tapi juga seluruh dunia.
Tapi, mengapa kita bisa begitu terpikat pada Doraemon?
Dalam esainya saat membahas Doraemon sebagai Pahlawan Asia di majalah Time, Pico Iyer meperingatkan kita bakal terpikat melihat Doraemon. Lebih jauh, ia menyebut karakter Doraemon punya kelasnya tersendiri. Ia tak sekadar simbol (seperti Mickey Mouse) atau pun teman (seperti Winnie the Pooh). Iyer menulis, “Jika Bart Simpson mengatakan dan melakukan apa yang kita semua takut perbuat, Doraemon memberi kita apa yang kita impikan.”
Doraemon, menurut esai cendekiawan Saya Shiraisi (Kompas, 2 Juni 2000), Doraemon berbeda dengan Astro Boy bikinan Osamu Tezuka. Jika Astro Boy tinggal di kota metropolis masa depan, Doraemon justru pergi dari masa depan untuk tinggal di masa kini. Doraemon tinggal untuk membantu Nobita, “teman yang manja namun kreatif,” catat Shiraishi.
Menurutnya, dalam masyarakat Jepang yang telah meng-industri, Doraemon bisa diartikan sebagai simbol pemasar dan pengiklan ideal. Doraemon mengerti persoalan, kebutuhan, dan angan-angan Nobita, konsumennya, serta mampu menjawab persoalan tersebut. Alat-alat Doraemon sangat mudah dioperasikan meski berasal dari masa depan dan berteknologi canggih.
Nobita, di sisi lain, kata tafsiran Shiraishi, mewakili gambaran konsumen kreatif. Nobita menerima derita hidupnya sebagai anak-anak yang selalu diganggu anak lain, tidak pintar (ia hanya jago main gelang tangan), tapi juga tetap gembira, penuh semangat, dan imajinasi. Dalam setiap episode yang seakan jadi formula baku, Nobita selalu menggunakan alat pemberian Doraemon di luar niatan awalnya. (seorang kawan mengartikan Nobita yang akhirnya menemui kesulitan gara-gara alat pemberian Doraemon sebagai gambaran anak kecil yang sebaiknya jangan selalu dituruti semua kemauannya. Sebab pada akhirnya barang pemberian [misalnya mobil-mobilan] itu akan dirusak setelah satu-dua hari.)
Memang, sering percobaan Nobita berujung petaka. Tapi, keingintahuan dan optimismenya tak pernah hilang. Shiraishi menyimpulkan, “keingintahuan anak-anak, rasa bebas, dan pikiran jernih pada akhirnya akan menghasilkan beragam produk teknologi, yang dibawa Doraemon dari masa depan.”
Ah, mungkin nilai macam begitu yang harus kita petik dari Doraemon. Hingga kita kemudian tak sekedar “dijajah secara halus”, tapi juga bisa menularkan produk budaya kita ke luar negeri seperti yang dilakukan Jepang, Amerika, hingga Korea lewat serial dramanya kini.

tokoh-tokoh utama doraemon

  • Doraemon, (ドラえもん).
Doraemon pic.jpg
Robot kucing berwarna biru dari abad ke-22 yang dikirim ke abad ke-20 untuk menolong Nobita. Lahir pada 3 September 2112. Tinggi badannya 129,3 cm dan berbobot 129,3 kg. Makanan kesukaannya adalah dorayaki. Doraemon sangat menyayangi dan setia kepada Nobita. Seringkali ia menolong Nobita walaupun ia sendiri dalam kesusahan.
Sebenarnya, Doraemon adalah sebuah robot kucing yang diciptakan oleh Nobita sendiri, dan setelah sekian lama doraemon berpindah - pindah sejak pertama kali diciptakan, doraemon diperbaharui dan tubuhnya dicat baru sehingga berwarna kuning yang dirancang untuk keperluan rumah tangga keluarga kaya. Sayangnya, sebuah kesalahan terjadi ketika ia menjalani proses produksi. Tak seperti robot kucing lainnya, ia gagal melewati tes sehingga ia dilelang ke keluarga kelas bawah, yang tak lain adalah keluarga keturunan Nobi Nobita. Doraemon tetap menjadi sebuah robot kucing berwarna kuning hingga suatu hari, ketika ia sedang mengurus bayi keluarga tersebut,sebuah robot tikus menggigit telinganya sampai hancur, sehingga terpaksa diamputasi. Doraemon menangis dan terus menangis, ia mencoba untuk mengembalikan telinganya kembali dengan cairan penumbuh, tetapi ia mengambil cairan yang salah dan akhirnya melunturkan cat ditubuhnya yang semula kuning menjadi warna dasarnya, biru. Ia pun berubah menjadi seperti sekarang ini: sebuah robot kucing berwarna biru, tanpa telinga. Sampai sekarang pun Doraemon menjadi benci dan takut terhadap tikus.
Sebenarnya Doraemon sendiri adalah robot canggih yang diciptakan sendiri oleh Nobita. Doraemon diciptakan saat Nobita sudah berumur sekitar separuh baya. Dan sebenarnya doraemon sudah berada dikeluarga nobita sejak awalnya ia diciptakan. Meskipun gagal dalam proses tes, Doraemon tetap menjadi sebuah robot canggih yang memiliki alat-alat ajaib yang mampu memecahkan semua masalah. Ia juga pengertian dan memiliki rasa kasih sayang; ketika Nobita menangis dan merengek kepadanya, Doraemon dengan senang hati mendengarkan semua keluhan dan membantunya. Doraemon juga mampu memahami perasaan manusia, baik itu sedih, takut, marah, gembira, simpati, dan lainnya. Ia mempelajarinya, dan bertindak sesuai apa yang ia pelajari; ia dapat berteriak kegirangan, meloncat ketakutan, dan mengangis haru. Namun, ia juga bertindak sangat emosional, apalagi ia memiliki sifat tempramental yang cukup buruk ketika sedang bertengkar dengan Nobita. Ia juga memiliki "senjata rahasia" yang bisa digunakan dalam keadaan terdesak, yaitu kepalanya yang lebih keras daripada batu sekalipun. Singkatnya, ia menjadi sebuah robot yang memiliki perasaan seperti manusia.
Tubuh Doraemon sangat sensitif, ia tak dapat beraktivitas dengan normal jika ia kehilangan suku cadangnya; walaupun hanya sebuah mur. Ia memiliki seorang adik bernama Dorami yang siap menggantikan tugasnya menjaga Nobita ketika ia menjalani servis rutin pada masa depan.
  • Nobi Nobita, (野比のび太)
Nobita1.jpg
Anak kelas 5 SD yang pemalas dan sering diganggu oleh Giant dan teman-temannya. Tidak pandai dalam olahraga dan juga dalam pelajaran sekolah. Walaupun begitu, ia pandai dalam membuat teka-teki, bermain karet dan menembak. Sifatnya yang terlalu baik dan suka menolong kadang-kadang malah menyeretnya ke dalam masalah. Namun separah apapun, pada akhirnya Nobita akan selalu bergembira. Selain membuat teka-teki,bermain karet, dan menembak, Nobita juga ahli dalam hal "tidur." Ia mampu tertidur lebih cepat daripada orang lain . Hobinya adalah bermain karet — hobi yang tak lazim untuk anak laki-laki di Jepang — dan mengumpulkan tutup botol. Cita-cita Nobita selalu berganti-ganti, ia pernah ingin menjadi ninja, guru, pilot, dan lain-lain. Namun pada masa depan, ia hanya menjadi seorang pegawai kantoran.
Dirinya dari masa depan seringkali datang kembali dengan mesin waktu untuk menyuruh Nobita belajar. Ini diakibatkan kemalasan Nobita sewaktu disekolah dasar yang akhirnya terbawa ketingkat selanjutnya dan membuat dirinya yang lebih tua menyesal dan mencoba merubahnya seperti itu.
Fujimoto, pengarang komik ini, pernah mengatakan, "Nobita sebenarnya bukan tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya malas jika harus bersungguh-sungguh ketika melakukan sesuatu, Karenanya, setiap hari ia selalu bersantai-santai. Tapi kalau memang diperlukan, ia bisa melakukannya dengan bersungguh-sungguh."
Berbeda dengan ibunya, Nobita adalah seorang pecinta binatang. Ia pernah memelihara — dengan sembunyi-sembunyi — berbagai macam hewan mulai dari kucing, anjing, Fuuko si anak angin, sampai seekor gajah Afrika yang terpisah dari induknya.
Dalam komiknya, Nobita diceritakan pernah tinggal di suatu pulau kecil terpencil selama 10 tahun akibat keteledorannya sendiri. Namun tak ceritakan apakah peristiwa tersebut memberikan efek terhadap perilaku atau sifatnya.
  • Shizuka Minamoto (源静香)
2606835609.jpg
Anak perempuan yang disukai Nobita dan pada masa depan akan menikah dengannya walau pada masa sekarang ia lebih dekat dengan Dekisugi karenya lebih kedekatan dibidang intelektual. Ia selalu membela Nobita jika Nobita dikerjai teman-temannya. Ia juga serius tetapi baik hati, alasannya menikah dengan Nobita pun karena ia tak tega melihat Nobita yang malang dan selalu sial. Shizuka suka membuat kue dan seringkali mengundang teman-temanya untuk makan bersama. Kesukannya adalah berendam di air panas dan makan ubi manis bakar (ubi madu). Ia bercita-cita menjadi seorang pramugari. Shizuka juga hobi memainkan biola (meskipun suara yang dihasilkannya tak jauh berbeda dengan nyanyian Giant), namun, ia dimasukkan ke tempat kursus piano - yang tidak terlalu dia sukai - oleh ibunya.
  • Takeshi Goda (nama panggilan: Giant, Jaian dalam romaji; 剛田武、ジャイアン)
755716 1209884173.jpg
Seorang pengganggu yang namanya didasarkan pada kata bahasa Inggris giant (raksasa), cepat marah dan sangat senang menyanyi walaupun suaranya kurang memadai. Ia juga sering mengadakan konser atau resital di lapangan dan mengundang semua temannya untuk datang dan mendengarkan, walaupun sebenarnya mereka tidak suka. Cita-citanya adalah menjadi penyanyi dan bisa tampil di televisi. Namun dibalik semua itu, Giant adalah seorang anak kuat yang dapat diandalkan ketika teman-temannya berada dalam kesulitan. Giant juga mempunyai hobi lain yakni memasak, meskipun hasilnya juga tidak memuaskan. Selain memasak dan menyanyi, Giant mempunyai hobi yang ia rahasiakan dari teman-temannya: bermain rumah-rumahan dengan boneka-boneka miliknya.Giant juga sangat sayang sama adiknya,dan giant sangat takut jika ibunya memarahi dirinya.
  • Suneo Honekawa (骨川スネ夫)
Suneo.gif
Anak berwajah rubah dari keluarga kaya yang sering memamerkan kekayaannya di depan Nobita dan membuat Nobita merengek ke Doraemon agar bisa menyaingi Suneo. Walaupun begitu, Suneo sebenarnya adalah seorang anak yang sangat manja, mudah menyerah, dan penakut. Ia masih sering mengompol dan kadang harus memakai popok sewaktu tidur. Ia juga seorang narcisist dan sering berbohong untuk menjaga harga dirinya. Teman terdekatnya adalah Giant meskipun sebenarnya ia memendam dendam terhadap Giant yang suka mengambil dan merusak mainannya. Hobinya adalah memandangi cermin, mengumpulkan perangko dan barang antik lainnya, membuat pramodel, membuat foto panorama, dan bermain remote control. Suneo mempunyai wawasan yang luas di bidang sains dan adalah pendesigner yang bertalenta. Cita-citanya adalah menjadi seorang designer pakaian berkelas.
Suneo memiliki seorang adik laki-laki bernama Sunetsugu. Ia tinggal bersama pamannya di New York, Amerika Serikat dan jarang pulang ke Jepang. Meskipun begitu, Suneo dan Sunetsugu sering berkomunikasi lewat surat. Sunetsugu sangat bangga dengan Suneo karena dalam suratnya, Suneo selalu berbohong untuk membanggakan dirinya; misalnya dengan mengatakan bahwa ia adalah anak yang paling pintar di sekolah, paling kuat di lingkungan, dan disukai banyak perempuan. Suneo juga memiliki sepupu bernama Sunekichi yang sering membuatkan remote control untuknya.

Welcome